Jumat, 11 Maret 2011

SISI LAIN PENDIDIKAN INDONESIA: BANGGA MENYONTEK MENJADI BUDAYA?

Pendidikan Indonesia yang dirintis sejak zaman Belanda menjajah kita hingga kini mengalami perkembangan pesat. Seiring berjalannya zaman, penemuan-penemuan dalam berbagai cabang ilmu oleh insan cendikia nusantara mendapat pengakuan oleh dunia. Namun, terlepas dari hal-hal tersebut, kita tak dapat memungkiri bahwa ada satu perilaku yang bisa dikatakan sebagai “budaya illegal” di dunia pendidikan Indonesia, yaitu menyontek. Mulai dari pendidikan dasar, menengah, bahkan di perguruan tinggi yang tersebar di seluruh pelosok negeri pun masih kita temui perilaku semacam ini. Perguruan tinggi pendidikan negeri yang cukup bergengsi dan ahli dalam menggarap calon pendidik bangsa pun tak dapat menghindarkan peserta didiknya dari perilaku yang tidak mencerminkan jiwa pendidik tersebut. Segala upaya yang telah dilakukan belum mampu mencapai apa yang menjadi harapan ideal.



Apa itu menyontek?
Menyontek merupakan perilaku yang telah dikenal oleh semua orang dan berhubungan dalam pendidikan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, menyontek berasal dari kata contek yang mempunyai makna sama dengan plagiat dan mencontoh, artinya adalah berbuat atau membuat sesuatu menurut contoh, meniru, menjiplak, atau menyalin pekerjaan orang. Di dunia pendidikan, menyontek bermakna perbuatan dimana seseorang atau suatu kelompok melakukan jiplakan karya, pekerjaan, baik dari segi proses maupun hasilnya tanpa memikirkan caranya. Orang atau kelompok yang karya atau pekerjaannya dicontek, bisa jadi dia atau mereka tahu dan mengizinkan, pura-pura tidak tahu, dan atau tidak tahu. Dengan kata lain, jika empunya tidak tahu sama sekali, maka perilaku ini dapat disebut mencuri. Biasanya, motif dari menyontek itu sendiri antara lain ketidakpahaman terhadap materi yang diujikan sehingga membutuhkan bantuan berupa jawaban tanpa pikir panjang. Bila ditinjau dari segi agama dan moral, perbuatan tersebut sudah menyimpang dari kebaikan.
Menyontek juga mempunyai makna lain, yakni suatu perbuatan dimana seseorang atau suatu kelompok melakukan jiplakan hasil karya, pekerjaan tertulis, atau referensi dalam suatu media yang dapat berupa cetakan atau catatan dirinya sendiri maupun orang lain yang bersifat sembunyi-sembunyi dalam suatu ulangan atau ujian. Orang Jawa biasa menyebut perilaku ini dengan sebutan ngerpek. Walaupun ada dua makna untuk perilaku ini, bagaimanapun juga menyontek adalah perbuatan yang seharusnya “haram” dilakukan terutama dalam proses pendidikan di Indonesia, karena keduanya merupakan perbuatan yang mengarah pada kecurangan.
Ujian dan Menyontek
Ujian merupakan usaha untuk mengetahui tingkat pencapaian kompentensi pembelajaran yang sebelumnya telah dilalui. Kegiatan ini dilakukan pendidik secara berkala terhadap peserta didiknya. Kerap kali, siswa maupun mahasiswa mengalami kesulitan saat proses ujian, entah itu karena lupa atau memang tidak memahami konsep. Karena keadaan tersebut, mereka tak segan-segan untuk mencontoh pekerjaan temannya. Ketidakpercayaan pada diri sendiri pun turut andil dalam timbulnya perilaku ini.
Hal yang lebih memprihatinkan yakni adanya suatu dukungan yang mengarah pada perilaku menyontek saat Ujian Akhir Nasional. Walau guru pengawas disumpah pun, mereka tetap berusaha membantu meski bukan siswa mereka sendiri. Hal ini didasari adanya keyakinan bahwa tidak ada salahnya membantu kelulusan siswa, karena rasa kasihan bila ada peserta didiknya tidak lulus yang padahal sudah menempuh pendidikan bertahun-tahun dari kecil dengan menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Maka dari itu, biasanya disepakatilah suatu kerjasama terselubung yang saling menguntungkan antara tuan sekolah dengan pengawas ujian yang berasal dari luar sekolah mengenai hal ini.
Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam menghindari segala macam kecurangan saat ujian pun terus dilakukan hingga saat ini. Sebagai contoh pembuatan soal Ujian Akhir Nasional yang bervariasi di tiap ruang lokasi ujiannya dan adanya pengawas independen dari pihak perguruan tinggi. Meski ini sudah dilakukan sangat ketat, namun tetap saja pelaksanaan ujian tersebut kurang memenuhi tujuan, sehingga terdapat banyak ketidak-validan nilai. Siswa yang biasanya mempunyai nilai ulangan yang terbilang pas-pasan atau bahkan sering mendapat remidi dalam kesehariannya, bisa jadi hasil dari Ujian Akhir Nasionalnya lebih tinggi dari pada nilai siswa yang memang pintar.
Penulis opini pun menyadari akan kekurangan dan kekhilafan atas perbuatannya selama ini. Seperti siswa pada umumnya, dikala masih duduk di bangku sekolah, penulis menjadi subyek dalam perilaku menyontek setiap kali ujian. Penulis tahu persis bagaimana cara mencari kesempatan menyontek teman agar tidak ketahuan guru, dan bagaimana berkilah saat ketahuan melakukan kerjasama dalam mengerjakan soal saat ujian. Semua “metode” dengan segala resikonya pun dilakukan oleh kebanyakan siswa. Pengalaman sekaligus fakta yang terbilang sepele ini jika kita renungi lebih dalam, berdampak pada moral yang akan dibawa tiap siswa di masa depannya. Menyontek, memang solusi untuk jangka waktu dekat, membantu mendongkrak nilai ujian, tapi tidak untuk jangka panjang. Perilaku tersebut mencerminkan ketidakpercayaan terhadap kemampuan diri sendiri dan bertolak belakang dengan pendirian yang teguh.

Kebanggaan tersendiri
Kebanyakan peserta didik yang “berhasil” menyontek tanpa diketahui oleh pengawas ujiannya merasa “sukses” dalam pencapaian hasil belajarnya. Padahal dua hal tersebut saling bertolak belakang. Kesuksesan yang sebenarnya yaitu jika hasil pencapaian hasil belajar memuaskan, sedangkan jika proses tersebut yang terwakili oleh suatu ujian dilakukan tidak sesuai ketentuan maka kegiatan ini menjadi tidak valid. Dengan kata lain, jika tujuan ujian yang digunakan untuk mengukur kompetensi yang dicapai oleh peserta didik tersebut tidak dilakukan secara mandiri akan menyebabkan ketidakmurnian tingkat pencapaian proses belajar. Alhasil, ujian yang telah dilakukan menjadi sia-sia.
Hal yang cukup memprihatinkan adalah adanya rasa bangga dan puas jika sudah bisa menyontek dan memberi contekan kepada sesama teman dalam ujian tanpa diketahui pengawas. Seringkali sebagai alibi, seorang siswa bahkan mahasiswa pun tak segan-segan mengungkapkan bahwa ia punya rasa sosial yang tinggi untuk membantu sesama dengan cara memberi contekan saat ujian agar dapat memperoleh nilai tinggi. Apakah hal ini merupakan suatu sinyal yang baik bagi pendidikan? Justru sebaliknya, dengan cara yang salah tersebut pendidikan akan melemah jika kebanyakan dari peserta didik melakukan kecurangan. Inilah yang membedakan Indonesia dengan negara lain.

Masihkah Anda menyontek?
Tindakan yang telah dilakukan pemerintah maupun pendidik dirasa sia-sia jika tetap saja ada kecurangan dalam berbagai bentuk ujian, terutama Ujian Akhir Nasional. Apalagi pendidik ikut terlibat walaupun secara tidak langsung, tapi apapun bentuk bantuan yang mengarah pada perilaku ini sebaiknya harus dihilangkan sejak dini. Usaha ini juga membutuhkan kesadaran tiap individu untuk tetap teguh pendirian dan senantiasa percaya akan kemampuan diri sendiri. Jika kita renungi, Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan semua potensi yang ada, tinggal berapa kecenderungan dan bagaimana kita menyiasatinya. Dengan mindset tersebut, mari kita berpikir secara jernih bahwa menyontek itu tak ada gunanya, hanya akan menambah beban mental saat menghadapi masa depan terutama saat memasuki dunia kerja. Walaupun saat pelaksanaan ujian Anda mengalami kebuntuan dalam pencarian inspirasi, sebisa mungkin hindari perilaku menyontek, apalagi kita sekarang sudah menjadi mahasiswa. Belum tentu pula jawaban teman yang kita contoh tersebut adalah benar. Nah, patutkah calon pendidik melakukan kecurangan seperti ini dalam pendidikan? Jika ingin bergantung, kepada Yang Maha Pemberi sajalah kita bertawakal.
Masihkah Anda menyontek, wahai kawan mahasiswa?

Jumat, 04 Maret 2011

Mata Kuliah Statistika Dasar: Pengujian Normalitas Menggunakan Chi Kuadrat


STATISTIK
Tugas Individu Mata Kuliah Statistika Dasar

Oleh
Mar’atus Solihah 100331404541
OFFERING B




 









UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
2011








Daftar Skor Tes Membaca Cepat
Jurusan Kimia Angkatan 2010
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Malang

NO.
NIM
NAMA
OFFERING
SKOR
1
1110105111
GEMA RIZALDI
A
642
2
1110203038
RIDWAN PRATAMA
A
574
3
1110105122
PUTRI INDAH LESTARI
A
816
4
1110105112
ANNISA MIENDA
A
683
5
1110105123
RISMAWATI LAILA Q
A
773
6
1110105120
MARTINI SAFITRI
A
735
7
1110104079
LYSHIEN STARLIN
A
785
8
1110106139
FAUZIAN ICHSAN
A
792
9
9101300015
PUTU GEDE OKA M
A
699
10
9101300014
CORNELIUS S Y
A
598
11
1110105118
GILANG RAMADHAN
A
467
12
9101300004
IKHA RAMADHANI
A
550
13
1110105107
LYDIA IGNACIA
A
676
14
1110105124
MUHAMMAD ZULFIKAR
A
683
15
1110104098
HENDI S PUTR
A
515
16
1110104080
YOHANNA KARINA K
A
498
17
1110105103
FAUSTINE DEVAGA
A
580
18
1110105121
ADINDA YUSFIKA A
A
672
19
1110203011
ARIFAH
A
744
20
1110106138
ARINA DINA HUSDA
A
606
21
1110104075
WILLY KURNIAWAN
A
826
22
1110106148
KHANSA AMBAR P
A
726
23
1110106146
SARAH QURROTUN AINI
A
733
24
9101300008
SAGA DERMAWAN DWI L
A
510
25
9101300013
AWWALINA GHAIDA R
A
499
26
1110105119
AJENG MARYAM S
B
471
27
1110105104
JOANNE ANGELINA
B
755
28
1110104099
SYIFA RACHMAN
B
698
29
9101300009
AYUDYA TRI W
B
532
30
1110104086
ANDRE YO*ATHAN
B
717
31
1110104081
IMACULATA CIND Y
B
810
32
1110203039
NURULITA AINUN ALMA
B
504
33
1110104078
CLINTON GUNAWAN
B
667
34
1110106126
IPAH UMU ABIBA
B
736
35
1110203045
LISARO KRISNA SM
B
684
36
1110203018
RATIHANA N I
B
627
37
9101300003
HERY MULYADI
B
765
38
9101300012
ARINI HIDAYAT A
B
668
39
1110104094
RIEKE RAHMAWATI
B
785
40
1110203007
RINI WIDAYANTI
B
549
41
9101300010
LULUS DARWATI
B
699
42
1110106127
HANA ATHAYA
B
845
43
1110203051
DIAH PERMANAASARI
B
897
44
1110203048
YUSUF PRATAMA PUTRA
B
726
45
1110105109
GRACE VANIA
B
642
46
1110203049
NIDA DESRI EFFENDHY
B
690
47
9101300011
BUDI SETIANI
B
826
48
1110203034
AZMI MUHAMMAD S A
B
592
49
1110203041
BASKORO A P
B
558
50
9101300007
FITRI ENDRO PRABOWO
B
436
51
1110104076
PUTRI GERMANA ASTRID
C
564
52
1110106125
PUTRI NUR ANNISA
C
803
53
1110106132
ALFI TAUFIK F
C
615
54
1110203035
DENNIS ISMU DEWA
C
679
55
1110105115
FARRELL Y
C
713
56
1110106137
ASRI ADHIYAN
C
588
57
1110203046
LAILI SULISTY RINI
C
457
58
1110203036
AYU KURNIA P
C
648
59
1110105110
ANDRI FERDIAN
C
648
60
1110203025
LIDYA WULANDARI
C
542
61
1110203016
MIFTAHUDIN
C
544
62
9101300005
IKA SRI S
C
633
63
9101300006
DESI RAHMASARI
C
537
64
1110104097
ADITYA NUGRAHA N
C
698
65
1110203050
SAMSUDIN HAFID
C
432
66
1110104084
JOANNA DIAN O
C
719
67
1110118400
UMMU ROKHIMA
C
616
68
1110104096
SWASTIKA UTAMA
C
508
69
1110106140
MAYA AFIFAH PERMANA
C
565
70
1110119424
NOUR M ADRIANI
C
685
71
1110104087
AFINA KHOIRUNNISA
C
811
72
9101300001
BRILLIANT WINONA J
C
668
73
1110203012
MELIANA DWI PUTRI
C
714
74
1110203006
PRIYO PURNOMO
C
722
75
1110104082
RAYNALD FREDERICK
C
521
76
1110203044
MUHAMMAD NU MAN
D
784
77
1110203043
KHOIRUN NAWA
D
857
78
1110203040
MACHO MARCELLO
D
802
79
1110105114
RATRI IRAWANTI
D
899
80
1110104093
REGY RIZKI G
D
965
81
1110105108
ALEX
D
726
82
1110203042
LAYUNG SEKAR S W
D
546
83
1110203047
MAGHISYA TRI OKTANNI
D
684
84
1110104095
RINI PURNAMASARI H
D
789
85
1110105101
RACHMAWATI
D
986
86
1110118389
GINANJAR KURNIA H
D
581
87
1110106130
EKA HIDAYANTI
D
800
88
1110105100
RURIN F
D
475
89
1110119425
HILMI DHIYA UL HAQ
D
745
90
1110203015
HAMIMI HIDAYATI
D
742
91
1110203005
YORA
D
757
92
1110105117
HUMAM FAIQ
D
921
93
1110106134
MAREETHA ZAHRA S
D
762
94
1110203024
MUHAMMAD RAFI
D
559
95
1110203022
DEA NUR ARIFAH
D
574
96
1110203008
NUR INAYAH RATNASAR
D
462
97
1110105115
FEBI DAMAYANTI
D
477
98
1110118390
SENDI WIJAYA
D
456
99
1110119421
GAMA NATAKUSUMAWATI
D
668
100
1110203017
MEGA K D
D
498

Penyusunan Tabel Distribusi
432
498
544
580
642
679
699
735
784
816
436
499
546
581
642
683
713
736
785
826
456
504
549
588
648
683
714
742
785
826
457
508
550
592
648
684
717
744
789
845
462
510
558
598
667
684
719
745
792
857
467
515
559
606
668
685
722
755
800
897
471
521
564
615
668
690
726
757
802
899
475
532
565
616
668
698
726
762
803
921
477
537
574
627
672
698
726
765
810
965
498
542
574
633
676
699
733
773
811
986

A.    Menghitung Jumlah Kelas Interval
K= 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 150 = 1 + 3,3 . 2 = 7,6
Jadi jumlah kelas interval 7 atau 8. Pada kesempatan ini menggunakan 8 kelas.
B.     Menghitung Rentang Data
Yaitu data terbesar dikurangi data terkecil kemudian ditambah 1. Data terbesar = 986, data terkecil = 432
Jadi, rentang data = (986 – 432) + 1 = 554
C.    Menghitung Panjang Kelas
Yaitu rentang data dibagi jumlah kelas. Yakni 554 : 8 = 69,25. Meskipun dari hitungan panjang kelas diperoleh 69,25, tetapi pada penyusunan tabel ini digunakan panjang kelas 70  agar lebih komunikatif dari pada dengan menggunakan panjang kelas 69,25.
D.    Menyusun Interval Kelas
Secara teoritis penyusunan kelas interval dimulai dari data yang terkecil, yaitu 432. Akan tetapi, agar lebih komunikatif, maka dimulai dengan angka 430, sehingga tabel berikut:

TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI DENGAN TALLY
No Kelas
Kelas Interval
Tally
Frekuensi (f)
1
2
3
4
5
6
7
8

430-499
500-569
570-639
640-709
710-779
780-849
850-919
920-990
|||| |||| ||
|||| |||| |||| |
|||| |||| ||
|||| |||| |||| |||| |
|||| |||| |||| ||||
|||| |||| ||||
|||
|||
12
16
12
21
19
14
3
3
Jumlah :
100





TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI
No.
Kelas Interval
Frekuensi (f)
1
2
3
4
5
6
7
8
430-499
500-569
570-639
640-709
710-779
780-849
850-919
920-990
12
16
12
21
19
14
3
3
Jumlah
100

E.     TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI KUMULATIF
Merupakan pengembangan tabel distribusi frekuensi yang menunjukkan jumlah observasi yang menyatakan kurang dari nilai tertentu. Untuk memulai pernyataan “kurang dari” digunakan batas bawah kelas interval ke 2.
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI KUMULATIF
Kurang Dari
Frekuensi (f)
Frekuensi Kumulatif (fk)
500
570
640
710
780
850
920
990
12
16
12
21
19
14
3
3
12
28
40
61
80
94
97
100



F.     TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI RELATIF
Merupakan penyajian data yang merubah frekuensi menjadi persen.
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI RELATIF
No Kelas
Kelas Interval
Frekuensi (f)
Frekuensi Relatif (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
430-499
500-569
570-639
640-709
710-779
780-849
850-919
920-990
12
16
12
21
19
14
3
3
12
16
12
21
19
14
3
3
Jumlah :
100

G.    TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI KUMULATIF RELATIF
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI KUMULATIF
Kurang Dari
Frekuensi Kumulatif Relatif(%)
500
570
640
710
780
850
920
990
12
28
40
61
80
94
97
100



H.    GRAFIK

I.       PENGUKURAN GEJALA PUSAT (CENTRAL TENDENCY)
1.      Modus (mode)
Modus merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas nilai yang sedang populer(yang sedang menjadi mode) atau nilai yang sering muncul dari kelompok tersebut.
Untuk menghitung modus data bergolong dapat digunakan rumus berikut:
Dimana:
Mo= Modus
b   = Batas kelas interval dengan frekuensi terbanyak
p   = Panjang kelas interval
b1  = frekuensi kelas modus – frekuensi kelas sebelumnya
b2  = frekuensi kelas modus – frekuensi kelas sesudahnya



No.
Kelas Interval
Frekuensi (f)
1
2
3
4
5
6
7
8
430-499
500-569
570-639
640-709
710-779
780-849
850-919
920-990
12
16
12
21
19
14
3
3
Jumlah :
100
Dari data tersebut, maka dapat ditemukan:
a.       Kelas modus = kelas ke-4 (f = 21)
b.      b  = 640 – 0,5 = 639,5
c.       b1 = 21 – 12 = 9
d.      b2 = 21 – 19 = 2
e.       panjang kelas interval = 70
Jadi Modus dari data tersebut adalah:


2.      Median
Median adalah salah satu teknik penjelasan kelompok yang berdasarkan nilai tengah dari data kelompok yang disusun urutannya dari terkesil ke yang terbesar atau sebaliknya.
Untuk menghitung median sata kelompok atau bergolong digunakan rumus berikut:
Dimana :
Md        = median
b         = batas bawah dimana median akan terletak
n         = banyak data/ jumlah sampel
p          = panjang kelas interval
F          = jumlah frekuensi sebelum kelas median
fk        = frekuensi kumulatif

No Kelas
Kelas Interval
Frekuensi (f)
Frekuensi Kumulatif (fk)
1
2
3
4
5
6
7
8
430-499
500-569
570-639
640-709
710-779
780-849
850-919
920-990
12
16
12
21
19
14
3
3
12
28
40
61
80
94
97
100
Dari data di atas, jumlah sampel 100, maka median terletak pada kelas ke-4, sehingga:
b          = 640 – 0,5 = 639,5                                         n          = 100
p          = 70                                                                 F          = 40
fk         = 61
            Jadi, mediannya adalah:
3.      Mean
Merupakan teknik penjelasan data kelompok dengan berdasarkan nilai rata-rata kelompok tersebut.
Pada data bergolong untuk lebih memudahkan maka data disusun sebagai berikut:
Interval
Xi
fi
fiXi
430-499
500-569
570-639
640-709
710-779
780-849
850-919
920-990
465
535
605
675
745
815
885
955
12
16
12
21
19
14
3
3
5580
8560
7260
14175
14155
11410
2655
2865
Jumlah
100
66660
Rumus untuk menghitung mean data bergolong adalah:
Dimana :
Me      = mean data bergolong
∑ fi     = jumlah sampel
fiXi     = perkalian antara frekuansi tiap interval dengan tanda kelas (Xi). Dengan tanda kelas merupakan rata-rata nilai tertinggi dan terindah di setiap interval data.
Jadi, mean dari data tersebut adalah:
 
J.      PENGUKURAN VARIASI KELOMPOK
1.      Rentang Data
Rentang data dapat diketahui dengan jalan mengurangi data terbesar dengan data terkecil yang ada pada kelompok itu. Rumusnya:
Dimana:
R         = rentang
Xt           = data terbesar dalam kelompok
Xr           = data terkecil dalam kelompok
Dari data tebel nilai try out OSN 2010 bidang studi Kimia, data terkecilnya adalah 0 dan data terbesarnya 84, maka rentangnya adalah 986 – 432 = 554

2.      Varians
Varians (s2) merupakan jumlah kuadrat semua deviasi nilai-nilai individual terhadap rata-rata kelompok. Akar varians disebut standar deviasi atau simpangan baku (s). Varians dapat dirumuskan:                     
Sedangkan standar deviasinya :       
Kedua rumus tersebut digunakan untuk data populasi. Sedangkan untuk data sampel rumusnya tidak hanya dibagi n melainkan dibagi n-1(derajat kebebasan).
Dimana:
s2= varians populasi
s = simpangan baku populasi
s2 = varians sampel
s  = simpangan baku sampel
n  = jumlah sampel

3.      Varians dan Standar Deviasi Data Bergolong
Sedangkan untuk menghitung varians dan standar deviasi data bergolong dapat digunakan rumus:
Untuk menghitung varians dan standar deviasi skor tes membaca cepat jurusan kimia angkatan 2010, dapat digunakan tabel penolong sebagai berikut:
Interval
Xi
fi
xi – x
(x=664,06)
(xi – x)2
fi (xi – x)2
430-499
500-569
570-639
640-709
710-779
780-849
850-919
920-990
465
535
605
675
745
815
885
955
12
16
12
21
19
14
3
3
-199,06
-129,06
-59,06
10,94
80,94
150,94
220,94
290,94
39624,88
16656,48
3488,08
119,68
6551,28
22782,88
48814,48
84646,08
475498,6
266503,7
41856,96
2513,28
124474,3
318960,3
146443,4
253938,2
Jumlah
100
-
-
1630189

            Berdasarkan rumus maka variansnya adalah:
          Sedangkan standar deviasinya adalah:
K.    PENGUJIAN NORMALITAS
Pengujian normalitas data menggunakan Chi Kuadrat dengan cara membandingkan kurva normal yang terbentukdari data yang telah terkumpul (B) dengan kurva normal baku/standar (A)
1.      Menentukan jumlah kelas interval.
Untuk pengujian normalitas dengan Chi kuadrat ini, jumlah kelas interval ditetapkan = 6. Hal ini sesuai dengan 6 bidang yang ada pada kurva normal baku.
2.      Menentukan panjang kelas interval
3.      Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi, sekaligus tabel penolong untuk menghitung harga Chi Kuadrat Hitung.
Interval
f0
fh
f0- fh
(f0- fh)2
(f0- fh)2/ fh
428-520
16
3
13
169
42,25
521-613
20
13
7
49
3,77
614-706
25
34
-9
81
2,38
707-779
19
34
-15
225
6,62
780-892
15
13
2
4
0,3
893-986
5
3
2
4
1,3
Jumlah
100
100
0
-
56,62

Dalam perhitungan ditemukan Chi Kuadrat Hitung = 56,62. Selanjutnya harga ini dibandingkan dengan Harga Chi Kuadrat Tabel dengan dk (derajat kebebasan) 6-1=5. Berdasarkan Tabel Chi Kuadrat yang ada, dapat diketahui bahwa bila dk = 5 dan kesalahan yang ditetapkan = 1% maka harga Chi Kuadrat tabel = 15,086. Karena harga Chi Kuadrat Hitung (56,62) jauh lebih besar dari harga Chi Kuadrat Tabel (15,086), maka distribusi data skor statistik 100 mahasiswa kimia angkatan 2010 dalam tes membaca cepat tersebut belum dinyatakan berdistribusi normal.