Kamis, 13 Januari 2011

CURHAT vs MENGGUNJING


-Manusia tempat salah dan lupa-

Adalah kodrat setiap manusia dalam hidupnya mempunyai kekhilafan dan terlupa dikala hidupnya menapaki alur zaman.

Sungguh saya sesali apa yang pernah saya lakukan dahulu kala hingga satu detik sebelum tulisan ini terketik, memberikan daftar opini tanpa nyata dan tak cukup baik tentang seseorang kepada seseorang atau beberapa yang lain. Sungguh sayang, seribu kali sayang. Inilah yang dinamakan menggunjing, suatu kegiatan yang berlaku jika obyek pembicaraan tidak mengetahui hal tersebut. Lalu saya mempertanyakan, bagaimana bila dia mengetahui atau diminta izin oleh sang penebar opini tersebut? Apakah masih dapat disebut menggunjing?
Suatu ketika seorang gadis menangis dan bercerita tentang kekasihnya yang selama ini dielu-elukan, tapi ternyata menghianatinya, itu opininya. Entah benar atau salah, sering kali saya mengklasifikasikan seseorang pada kegiatan menggunjing dibalik curhatannya yang tak lain hanyalah alibi belaka. Kondisi yang menurutnya perlu mengasihinya tersebut menuntut orang kedua untuk menyebutnya dengan istilah curhat atau curahan hati. Sebenarnya hingga saat ini saya masih bingung manakah sebenarnya yang disebut curhat, dan yang seperti apakah menggunjing itu, serta bagaimana batasannya? Jika dianggap sama, mengapa secara umum orang memandang curhat itu adalah hal yang masih dalam kuadran positif, sedangkan menggunjing itu berhukum haram?

Curahan hati, mengisyaratkan bahwa yang melakukan frase kata kerja tersebut memberikan suatu kepercayaan kepada orang yang dicurhatinya tentang sekelumit peristiwa dan atau kondisi yang mampu membuat hatinya bergejolak. Suasana yang ditimbulkan bisa saja berupa bahagia, kecewa, kalut, miris, atau bahkan ketakutan, tergantung keadaan pelaku curhat. Biasanya pihak yang dicurhati (seringkali saya menyebutnya sebagai konsultan) memberikan komentar, nasehat, atau sekedar solusi percobaan yang bersifat analitik. Bagaimanapun kompleksnya tingkat bahasan curhat, namun tidak pernah terlepas dari andilnya pihak ketiga dalam topik pembicaraan, entah karena ia berjasa atau sebaliknya. Okelah jika men"curhat"kan kebaikan orang. Tapi bila yang dibicarakan itu adalah suatu masalah buruk yang menyangkut orang lain, bagaimanakah kita menyebutnya?

Opini ini hanyalah suatu apresiasi dari gejolak pikiran saya yang tak mampu lagi membedakan dua istilah yang bersinggungan, antara curhat dan menggunjing.