Pendidikan Indonesia yang dirintis sejak zaman Belanda menjajah kita hingga kini mengalami perkembangan pesat. Seiring berjalannya zaman, penemuan-penemuan dalam berbagai cabang ilmu oleh insan cendikia nusantara mendapat pengakuan oleh dunia. Namun, terlepas dari hal-hal tersebut, kita tak dapat memungkiri bahwa ada satu perilaku yang bisa dikatakan sebagai “budaya illegal” di dunia pendidikan Indonesia, yaitu menyontek. Mulai dari pendidikan dasar, menengah, bahkan di perguruan tinggi yang tersebar di seluruh pelosok negeri pun masih kita temui perilaku semacam ini. Perguruan tinggi pendidikan negeri yang cukup bergengsi dan ahli dalam menggarap calon pendidik bangsa pun tak dapat menghindarkan peserta didiknya dari perilaku yang tidak mencerminkan jiwa pendidik tersebut. Segala upaya yang telah dilakukan belum mampu mencapai apa yang menjadi harapan ideal.
Apa itu menyontek?
Menyontek merupakan perilaku yang telah dikenal oleh semua orang dan berhubungan dalam pendidikan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, menyontek berasal dari kata contek yang mempunyai makna sama dengan plagiat dan mencontoh, artinya adalah berbuat atau membuat sesuatu menurut contoh, meniru, menjiplak, atau menyalin pekerjaan orang. Di dunia pendidikan, menyontek bermakna perbuatan dimana seseorang atau suatu kelompok melakukan jiplakan karya, pekerjaan, baik dari segi proses maupun hasilnya tanpa memikirkan caranya. Orang atau kelompok yang karya atau pekerjaannya dicontek, bisa jadi dia atau mereka tahu dan mengizinkan, pura-pura tidak tahu, dan atau tidak tahu. Dengan kata lain, jika empunya tidak tahu sama sekali, maka perilaku ini dapat disebut mencuri. Biasanya, motif dari menyontek itu sendiri antara lain ketidakpahaman terhadap materi yang diujikan sehingga membutuhkan bantuan berupa jawaban tanpa pikir panjang. Bila ditinjau dari segi agama dan moral, perbuatan tersebut sudah menyimpang dari kebaikan.
Menyontek juga mempunyai makna lain, yakni suatu perbuatan dimana seseorang atau suatu kelompok melakukan jiplakan hasil karya, pekerjaan tertulis, atau referensi dalam suatu media yang dapat berupa cetakan atau catatan dirinya sendiri maupun orang lain yang bersifat sembunyi-sembunyi dalam suatu ulangan atau ujian. Orang Jawa biasa menyebut perilaku ini dengan sebutan ngerpek. Walaupun ada dua makna untuk perilaku ini, bagaimanapun juga menyontek adalah perbuatan yang seharusnya “haram” dilakukan terutama dalam proses pendidikan di Indonesia, karena keduanya merupakan perbuatan yang mengarah pada kecurangan.
Ujian dan Menyontek
Ujian merupakan usaha untuk mengetahui tingkat pencapaian kompentensi pembelajaran yang sebelumnya telah dilalui. Kegiatan ini dilakukan pendidik secara berkala terhadap peserta didiknya. Kerap kali, siswa maupun mahasiswa mengalami kesulitan saat proses ujian, entah itu karena lupa atau memang tidak memahami konsep. Karena keadaan tersebut, mereka tak segan-segan untuk mencontoh pekerjaan temannya. Ketidakpercayaan pada diri sendiri pun turut andil dalam timbulnya perilaku ini.
Hal yang lebih memprihatinkan yakni adanya suatu dukungan yang mengarah pada perilaku menyontek saat Ujian Akhir Nasional. Walau guru pengawas disumpah pun, mereka tetap berusaha membantu meski bukan siswa mereka sendiri. Hal ini didasari adanya keyakinan bahwa tidak ada salahnya membantu kelulusan siswa, karena rasa kasihan bila ada peserta didiknya tidak lulus yang padahal sudah menempuh pendidikan bertahun-tahun dari kecil dengan menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Maka dari itu, biasanya disepakatilah suatu kerjasama terselubung yang saling menguntungkan antara tuan sekolah dengan pengawas ujian yang berasal dari luar sekolah mengenai hal ini.
Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam menghindari segala macam kecurangan saat ujian pun terus dilakukan hingga saat ini. Sebagai contoh pembuatan soal Ujian Akhir Nasional yang bervariasi di tiap ruang lokasi ujiannya dan adanya pengawas independen dari pihak perguruan tinggi. Meski ini sudah dilakukan sangat ketat, namun tetap saja pelaksanaan ujian tersebut kurang memenuhi tujuan, sehingga terdapat banyak ketidak-validan nilai. Siswa yang biasanya mempunyai nilai ulangan yang terbilang pas-pasan atau bahkan sering mendapat remidi dalam kesehariannya, bisa jadi hasil dari Ujian Akhir Nasionalnya lebih tinggi dari pada nilai siswa yang memang pintar.
Penulis opini pun menyadari akan kekurangan dan kekhilafan atas perbuatannya selama ini. Seperti siswa pada umumnya, dikala masih duduk di bangku sekolah, penulis menjadi subyek dalam perilaku menyontek setiap kali ujian. Penulis tahu persis bagaimana cara mencari kesempatan menyontek teman agar tidak ketahuan guru, dan bagaimana berkilah saat ketahuan melakukan kerjasama dalam mengerjakan soal saat ujian. Semua “metode” dengan segala resikonya pun dilakukan oleh kebanyakan siswa. Pengalaman sekaligus fakta yang terbilang sepele ini jika kita renungi lebih dalam, berdampak pada moral yang akan dibawa tiap siswa di masa depannya. Menyontek, memang solusi untuk jangka waktu dekat, membantu mendongkrak nilai ujian, tapi tidak untuk jangka panjang. Perilaku tersebut mencerminkan ketidakpercayaan terhadap kemampuan diri sendiri dan bertolak belakang dengan pendirian yang teguh.
Kebanggaan tersendiri
Kebanyakan peserta didik yang “berhasil” menyontek tanpa diketahui oleh pengawas ujiannya merasa “sukses” dalam pencapaian hasil belajarnya. Padahal dua hal tersebut saling bertolak belakang. Kesuksesan yang sebenarnya yaitu jika hasil pencapaian hasil belajar memuaskan, sedangkan jika proses tersebut yang terwakili oleh suatu ujian dilakukan tidak sesuai ketentuan maka kegiatan ini menjadi tidak valid. Dengan kata lain, jika tujuan ujian yang digunakan untuk mengukur kompetensi yang dicapai oleh peserta didik tersebut tidak dilakukan secara mandiri akan menyebabkan ketidakmurnian tingkat pencapaian proses belajar. Alhasil, ujian yang telah dilakukan menjadi sia-sia.
Hal yang cukup memprihatinkan adalah adanya rasa bangga dan puas jika sudah bisa menyontek dan memberi contekan kepada sesama teman dalam ujian tanpa diketahui pengawas. Seringkali sebagai alibi, seorang siswa bahkan mahasiswa pun tak segan-segan mengungkapkan bahwa ia punya rasa sosial yang tinggi untuk membantu sesama dengan cara memberi contekan saat ujian agar dapat memperoleh nilai tinggi. Apakah hal ini merupakan suatu sinyal yang baik bagi pendidikan? Justru sebaliknya, dengan cara yang salah tersebut pendidikan akan melemah jika kebanyakan dari peserta didik melakukan kecurangan. Inilah yang membedakan Indonesia dengan negara lain.
Masihkah Anda menyontek?
Tindakan yang telah dilakukan pemerintah maupun pendidik dirasa sia-sia jika tetap saja ada kecurangan dalam berbagai bentuk ujian, terutama Ujian Akhir Nasional. Apalagi pendidik ikut terlibat walaupun secara tidak langsung, tapi apapun bentuk bantuan yang mengarah pada perilaku ini sebaiknya harus dihilangkan sejak dini. Usaha ini juga membutuhkan kesadaran tiap individu untuk tetap teguh pendirian dan senantiasa percaya akan kemampuan diri sendiri. Jika kita renungi, Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan semua potensi yang ada, tinggal berapa kecenderungan dan bagaimana kita menyiasatinya. Dengan mindset tersebut, mari kita berpikir secara jernih bahwa menyontek itu tak ada gunanya, hanya akan menambah beban mental saat menghadapi masa depan terutama saat memasuki dunia kerja. Walaupun saat pelaksanaan ujian Anda mengalami kebuntuan dalam pencarian inspirasi, sebisa mungkin hindari perilaku menyontek, apalagi kita sekarang sudah menjadi mahasiswa. Belum tentu pula jawaban teman yang kita contoh tersebut adalah benar. Nah, patutkah calon pendidik melakukan kecurangan seperti ini dalam pendidikan? Jika ingin bergantung, kepada Yang Maha Pemberi sajalah kita bertawakal.
Masihkah Anda menyontek, wahai kawan mahasiswa?
Jumat, 11 Maret 2011
Jumat, 04 Maret 2011
Mata Kuliah Statistika Dasar: Pengujian Normalitas Menggunakan Chi Kuadrat
STATISTIK
Tugas Individu
Mata Kuliah Statistika Dasar
Oleh
Mar’atus Solihah 100331404541
OFFERING B
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
2011
Daftar Skor Tes
Membaca Cepat
Jurusan Kimia
Angkatan 2010
Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas
Negeri Malang
NO.
|
NIM
|
NAMA
|
OFFERING
|
SKOR
|
1
|
1110105111
|
GEMA
RIZALDI
|
A
|
642
|
2
|
1110203038
|
RIDWAN
PRATAMA
|
A
|
574
|
3
|
1110105122
|
PUTRI INDAH
LESTARI
|
A
|
816
|
4
|
1110105112
|
ANNISA
MIENDA
|
A
|
683
|
5
|
1110105123
|
RISMAWATI
LAILA Q
|
A
|
773
|
6
|
1110105120
|
MARTINI
SAFITRI
|
A
|
735
|
7
|
1110104079
|
LYSHIEN
STARLIN
|
A
|
785
|
8
|
1110106139
|
FAUZIAN
ICHSAN
|
A
|
792
|
9
|
9101300015
|
PUTU GEDE
OKA M
|
A
|
699
|
10
|
9101300014
|
CORNELIUS S
Y
|
A
|
598
|
11
|
1110105118
|
GILANG
RAMADHAN
|
A
|
467
|
12
|
9101300004
|
IKHA
RAMADHANI
|
A
|
550
|
13
|
1110105107
|
LYDIA
IGNACIA
|
A
|
676
|
14
|
1110105124
|
MUHAMMAD
ZULFIKAR
|
A
|
683
|
15
|
1110104098
|
HENDI S
PUTR
|
A
|
515
|
16
|
1110104080
|
YOHANNA
KARINA K
|
A
|
498
|
17
|
1110105103
|
FAUSTINE
DEVAGA
|
A
|
580
|
18
|
1110105121
|
ADINDA
YUSFIKA A
|
A
|
672
|
19
|
1110203011
|
ARIFAH
|
A
|
744
|
20
|
1110106138
|
ARINA DINA
HUSDA
|
A
|
606
|
21
|
1110104075
|
WILLY
KURNIAWAN
|
A
|
826
|
22
|
1110106148
|
KHANSA
AMBAR P
|
A
|
726
|
23
|
1110106146
|
SARAH
QURROTUN AINI
|
A
|
733
|
24
|
9101300008
|
SAGA
DERMAWAN DWI L
|
A
|
510
|
25
|
9101300013
|
AWWALINA
GHAIDA R
|
A
|
499
|
26
|
1110105119
|
AJENG
MARYAM S
|
B
|
471
|
27
|
1110105104
|
JOANNE
ANGELINA
|
B
|
755
|
28
|
1110104099
|
SYIFA
RACHMAN
|
B
|
698
|
29
|
9101300009
|
AYUDYA TRI
W
|
B
|
532
|
30
|
1110104086
|
ANDRE
YO*ATHAN
|
B
|
717
|
31
|
1110104081
|
IMACULATA
CIND Y
|
B
|
810
|
32
|
1110203039
|
NURULITA
AINUN ALMA
|
B
|
504
|
33
|
1110104078
|
CLINTON
GUNAWAN
|
B
|
667
|
34
|
1110106126
|
IPAH UMU
ABIBA
|
B
|
736
|
35
|
1110203045
|
LISARO
KRISNA SM
|
B
|
684
|
36
|
1110203018
|
RATIHANA N
I
|
B
|
627
|
37
|
9101300003
|
HERY
MULYADI
|
B
|
765
|
38
|
9101300012
|
ARINI
HIDAYAT A
|
B
|
668
|
39
|
1110104094
|
RIEKE
RAHMAWATI
|
B
|
785
|
40
|
1110203007
|
RINI
WIDAYANTI
|
B
|
549
|
41
|
9101300010
|
LULUS
DARWATI
|
B
|
699
|
42
|
1110106127
|
HANA ATHAYA
|
B
|
845
|
43
|
1110203051
|
DIAH
PERMANAASARI
|
B
|
897
|
44
|
1110203048
|
YUSUF
PRATAMA PUTRA
|
B
|
726
|
45
|
1110105109
|
GRACE VANIA
|
B
|
642
|
46
|
1110203049
|
NIDA DESRI
EFFENDHY
|
B
|
690
|
47
|
9101300011
|
BUDI
SETIANI
|
B
|
826
|
48
|
1110203034
|
AZMI
MUHAMMAD S A
|
B
|
592
|
49
|
1110203041
|
BASKORO A P
|
B
|
558
|
50
|
9101300007
|
FITRI ENDRO
PRABOWO
|
B
|
436
|
51
|
1110104076
|
PUTRI
GERMANA ASTRID
|
C
|
564
|
52
|
1110106125
|
PUTRI NUR ANNISA
|
C
|
803
|
53
|
1110106132
|
ALFI TAUFIK
F
|
C
|
615
|
54
|
1110203035
|
DENNIS ISMU
DEWA
|
C
|
679
|
55
|
1110105115
|
FARRELL Y
|
C
|
713
|
56
|
1110106137
|
ASRI
ADHIYAN
|
C
|
588
|
57
|
1110203046
|
LAILI
SULISTY RINI
|
C
|
457
|
58
|
1110203036
|
AYU KURNIA
P
|
C
|
648
|
59
|
1110105110
|
ANDRI
FERDIAN
|
C
|
648
|
60
|
1110203025
|
LIDYA
WULANDARI
|
C
|
542
|
61
|
1110203016
|
MIFTAHUDIN
|
C
|
544
|
62
|
9101300005
|
IKA SRI S
|
C
|
633
|
63
|
9101300006
|
DESI
RAHMASARI
|
C
|
537
|
64
|
1110104097
|
ADITYA
NUGRAHA N
|
C
|
698
|
65
|
1110203050
|
SAMSUDIN
HAFID
|
C
|
432
|
66
|
1110104084
|
JOANNA DIAN
O
|
C
|
719
|
67
|
1110118400
|
UMMU
ROKHIMA
|
C
|
616
|
68
|
1110104096
|
SWASTIKA
UTAMA
|
C
|
508
|
69
|
1110106140
|
MAYA AFIFAH
PERMANA
|
C
|
565
|
70
|
1110119424
|
NOUR M
ADRIANI
|
C
|
685
|
71
|
1110104087
|
AFINA
KHOIRUNNISA
|
C
|
811
|
72
|
9101300001
|
BRILLIANT
WINONA J
|
C
|
668
|
73
|
1110203012
|
MELIANA DWI
PUTRI
|
C
|
714
|
74
|
1110203006
|
PRIYO
PURNOMO
|
C
|
722
|
75
|
1110104082
|
RAYNALD
FREDERICK
|
C
|
521
|
76
|
1110203044
|
MUHAMMAD NU
MAN
|
D
|
784
|
77
|
1110203043
|
KHOIRUN
NAWA
|
D
|
857
|
78
|
1110203040
|
MACHO
MARCELLO
|
D
|
802
|
79
|
1110105114
|
RATRI
IRAWANTI
|
D
|
899
|
80
|
1110104093
|
REGY RIZKI
G
|
D
|
965
|
81
|
1110105108
|
ALEX
|
D
|
726
|
82
|
1110203042
|
LAYUNG
SEKAR S W
|
D
|
546
|
83
|
1110203047
|
MAGHISYA
TRI OKTANNI
|
D
|
684
|
84
|
1110104095
|
RINI
PURNAMASARI H
|
D
|
789
|
85
|
1110105101
|
RACHMAWATI
|
D
|
986
|
86
|
1110118389
|
GINANJAR
KURNIA H
|
D
|
581
|
87
|
1110106130
|
EKA
HIDAYANTI
|
D
|
800
|
88
|
1110105100
|
RURIN F
|
D
|
475
|
89
|
1110119425
|
HILMI DHIYA
UL HAQ
|
D
|
745
|
90
|
1110203015
|
HAMIMI
HIDAYATI
|
D
|
742
|
91
|
1110203005
|
YORA
|
D
|
757
|
92
|
1110105117
|
HUMAM FAIQ
|
D
|
921
|
93
|
1110106134
|
MAREETHA
ZAHRA S
|
D
|
762
|
94
|
1110203024
|
MUHAMMAD
RAFI
|
D
|
559
|
95
|
1110203022
|
DEA NUR ARIFAH
|
D
|
574
|
96
|
1110203008
|
NUR INAYAH
RATNASAR
|
D
|
462
|
97
|
1110105115
|
FEBI
DAMAYANTI
|
D
|
477
|
98
|
1110118390
|
SENDI
WIJAYA
|
D
|
456
|
99
|
1110119421
|
GAMA
NATAKUSUMAWATI
|
D
|
668
|
100
|
1110203017
|
MEGA K D
|
D
|
498
|
Penyusunan
Tabel Distribusi
432
|
498
|
544
|
580
|
642
|
679
|
699
|
735
|
784
|
816
|
436
|
499
|
546
|
581
|
642
|
683
|
713
|
736
|
785
|
826
|
456
|
504
|
549
|
588
|
648
|
683
|
714
|
742
|
785
|
826
|
457
|
508
|
550
|
592
|
648
|
684
|
717
|
744
|
789
|
845
|
462
|
510
|
558
|
598
|
667
|
684
|
719
|
745
|
792
|
857
|
467
|
515
|
559
|
606
|
668
|
685
|
722
|
755
|
800
|
897
|
471
|
521
|
564
|
615
|
668
|
690
|
726
|
757
|
802
|
899
|
475
|
532
|
565
|
616
|
668
|
698
|
726
|
762
|
803
|
921
|
477
|
537
|
574
|
627
|
672
|
698
|
726
|
765
|
810
|
965
|
498
|
542
|
574
|
633
|
676
|
699
|
733
|
773
|
811
|
986
|
A. Menghitung Jumlah Kelas Interval
K= 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 150 = 1 + 3,3 . 2 = 7,6
Jadi jumlah kelas interval 7 atau 8. Pada kesempatan ini menggunakan 8
kelas.
B. Menghitung Rentang Data
Yaitu data
terbesar dikurangi data terkecil kemudian ditambah 1. Data terbesar = 986, data
terkecil = 432
Jadi,
rentang data = (986 – 432) + 1 = 554
C. Menghitung Panjang Kelas
Yaitu rentang data dibagi jumlah kelas. Yakni 554 : 8 = 69,25. Meskipun
dari hitungan panjang kelas diperoleh 69,25, tetapi pada penyusunan tabel ini
digunakan panjang kelas 70 agar lebih
komunikatif dari pada dengan menggunakan panjang kelas 69,25.
D.
Menyusun Interval
Kelas
Secara
teoritis penyusunan kelas interval dimulai dari data yang terkecil, yaitu 432.
Akan tetapi, agar lebih komunikatif, maka dimulai dengan angka 430, sehingga
tabel berikut:
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI DENGAN
TALLY
No Kelas
|
Kelas Interval
|
Tally
|
Frekuensi (f)
|
1
2
3
4
5
6
7
8
|
430-499
500-569
570-639
640-709
710-779
780-849
850-919
920-990
|
|||
|||
|
12
16
12
21
19
14
3
3
|
Jumlah :
|
100
|
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI
No.
|
Kelas Interval
|
Frekuensi (f)
|
1
2
3
4
5
6
7
8
|
430-499
500-569
570-639
640-709
710-779
780-849
850-919
920-990
|
12
16
12
21
19
14
3
3
|
Jumlah
|
100
|
E.
TABEL
DISTRIBUSI FREKUENSI KUMULATIF
Merupakan pengembangan tabel distribusi frekuensi
yang menunjukkan jumlah observasi yang menyatakan kurang dari nilai tertentu.
Untuk memulai pernyataan “kurang dari” digunakan batas bawah kelas interval ke
2.
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI
KUMULATIF
Kurang Dari
|
Frekuensi (f)
|
Frekuensi Kumulatif (fk)
|
500
570
640
710
780
850
920
990
|
12
16
12
21
19
14
3
3
|
12
28
40
61
80
94
97
100
|
F.
TABEL
DISTRIBUSI FREKUENSI RELATIF
Merupakan
penyajian data yang merubah frekuensi menjadi persen.
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI RELATIF
No Kelas
|
Kelas Interval
|
Frekuensi (f)
|
Frekuensi Relatif (%)
|
1
2
3
4
5
6
7
8
|
430-499
500-569
570-639
640-709
710-779
780-849
850-919
920-990
|
12
16
12
21
19
14
3
3
|
12
16
12
21
19
14
3
3
|
Jumlah :
|
100
|
G.
TABEL
DISTRIBUSI FREKUENSI KUMULATIF RELATIF
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI
KUMULATIF
Kurang Dari
|
Frekuensi Kumulatif Relatif(%)
|
500
570
640
710
780
850
920
990
|
12
28
40
61
80
94
97
100
|
H. GRAFIK
I.
PENGUKURAN
GEJALA PUSAT (CENTRAL TENDENCY)
1.
Modus
(mode)
Modus merupakan teknik penjelasan kelompok yang
didasarkan atas nilai yang sedang populer(yang sedang menjadi mode) atau nilai
yang sering muncul dari kelompok tersebut.
Mo= Modus
b = Batas kelas interval
dengan frekuensi terbanyak
p = Panjang kelas
interval
b1 = frekuensi
kelas modus – frekuensi kelas sebelumnya
b2 = frekuensi
kelas modus – frekuensi kelas sesudahnya
No.
|
Kelas Interval
|
Frekuensi (f)
|
1
2
3
4
5
6
7
8
|
430-499
500-569
570-639
640-709
710-779
780-849
850-919
920-990
|
12
16
12
21
19
14
3
3
|
Jumlah :
|
100
|
Dari data tersebut, maka dapat ditemukan:
a. Kelas
modus = kelas ke-4 (f = 21)
b. b = 640 – 0,5 = 639,5
c. b1
= 21 – 12 = 9
d. b2
= 21 – 19 = 2
e. panjang
kelas interval = 70
2.
Median
Median adalah salah satu teknik penjelasan kelompok
yang berdasarkan nilai tengah dari data kelompok yang disusun urutannya dari
terkesil ke yang terbesar atau sebaliknya.
Untuk menghitung median sata kelompok atau bergolong
digunakan rumus berikut:
Dimana :
Md
= median
b =
batas bawah dimana median akan terletak
n =
banyak data/ jumlah sampel
p = panjang kelas interval
F = jumlah frekuensi sebelum kelas median
fk
= frekuensi kumulatif
No Kelas
|
Kelas Interval
|
Frekuensi (f)
|
Frekuensi Kumulatif (fk)
|
1
2
3
4
5
6
7
8
|
430-499
500-569
570-639
640-709
710-779
780-849
850-919
920-990
|
12
16
12
21
19
14
3
3
|
12
28
40
61
80
94
97
100
|
Dari data di atas, jumlah sampel 100,
maka median terletak pada kelas ke-4, sehingga:
b = 640 – 0,5 = 639,5 n = 100
p =
70 F = 40
fk = 61
Jadi, mediannya adalah:
3.
Mean
Merupakan teknik penjelasan data kelompok dengan
berdasarkan nilai rata-rata kelompok tersebut.
Pada data bergolong untuk lebih memudahkan maka data
disusun sebagai berikut:
Interval
|
Xi
|
fi
|
fiXi
|
430-499
500-569
570-639
640-709
710-779
780-849
850-919
920-990
|
465
535
605
675
745
815
885
955
|
12
16
12
21
19
14
3
3
|
5580
8560
7260
14175
14155
11410
2655
2865
|
Jumlah
|
100
|
66660
|
Rumus untuk menghitung mean data bergolong adalah:
Dimana :
Me = mean
data bergolong
∑ fi =
jumlah sampel
fiXi = perkalian antara frekuansi tiap interval
dengan tanda kelas (Xi). Dengan tanda kelas merupakan rata-rata
nilai tertinggi dan terindah di setiap interval data.
Jadi, mean dari
data tersebut adalah:
J.
PENGUKURAN
VARIASI KELOMPOK
1.
Rentang
Data
Rentang data dapat diketahui dengan jalan mengurangi
data terbesar dengan data terkecil yang ada pada kelompok itu. Rumusnya:
Dimana:
R =
rentang
Xt =
data terbesar dalam kelompok
Xr =
data terkecil dalam kelompok
Dari
data tebel nilai try out OSN 2010 bidang studi Kimia, data terkecilnya adalah 0
dan data terbesarnya 84, maka rentangnya adalah 986 – 432 = 554
2.
Varians
Varians (s2)
merupakan jumlah kuadrat semua deviasi nilai-nilai individual terhadap
rata-rata kelompok. Akar varians disebut standar
deviasi atau simpangan baku (s). Varians dapat dirumuskan:
Sedangkan standar deviasinya :
Kedua rumus tersebut digunakan untuk data populasi.
Sedangkan untuk data sampel rumusnya tidak hanya dibagi n melainkan dibagi
n-1(derajat kebebasan).
Dimana:
s2=
varians populasi
s
= simpangan baku populasi
s2 = varians sampel
s = simpangan baku sampel
n = jumlah sampel
3.
Varians
dan Standar Deviasi Data Bergolong
Sedangkan untuk menghitung varians dan standar deviasi data bergolong dapat digunakan rumus:
Untuk menghitung varians dan standar deviasi skor tes membaca
cepat jurusan kimia angkatan 2010, dapat digunakan tabel penolong sebagai
berikut:
Interval
|
Xi
|
fi
|
xi – x
(x=664,06)
|
(xi
– x)2
|
fi
(xi – x)2
|
430-499
500-569
570-639
640-709
710-779
780-849
850-919
920-990
|
465
535
605
675
745
815
885
955
|
12
16
12
21
19
14
3
3
|
-199,06
-129,06
-59,06
10,94
80,94
150,94
220,94
290,94
|
39624,88
16656,48
3488,08
119,68
6551,28
22782,88
48814,48
84646,08
|
475498,6
266503,7
41856,96
2513,28
124474,3
318960,3
146443,4
253938,2
|
Jumlah
|
100
|
-
|
-
|
1630189
|
Berdasarkan rumus maka variansnya
adalah:
Sedangkan standar deviasinya adalah:
K. PENGUJIAN NORMALITAS
Pengujian normalitas data menggunakan
Chi Kuadrat
dengan cara membandingkan kurva normal yang
terbentukdari data yang telah terkumpul (B) dengan kurva normal baku/standar
(A)
1.
Menentukan jumlah kelas interval.
Untuk pengujian normalitas dengan Chi kuadrat ini, jumlah kelas interval
ditetapkan = 6. Hal ini sesuai dengan 6 bidang yang ada pada kurva normal baku.
2.
Menentukan panjang kelas interval
3.
Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi, sekaligus tabel penolong
untuk menghitung harga Chi Kuadrat Hitung.
Interval
|
f0
|
fh
|
f0-
fh
|
(f0-
fh)2
|
(f0-
fh)2/ fh
|
428-520
|
16
|
3
|
13
|
169
|
42,25
|
521-613
|
20
|
13
|
7
|
49
|
3,77
|
614-706
|
25
|
34
|
-9
|
81
|
2,38
|
707-779
|
19
|
34
|
-15
|
225
|
6,62
|
780-892
|
15
|
13
|
2
|
4
|
0,3
|
893-986
|
5
|
3
|
2
|
4
|
1,3
|
Jumlah
|
100
|
100
|
0
|
-
|
56,62
|
Dalam perhitungan ditemukan Chi Kuadrat Hitung = 56,62. Selanjutnya harga
ini dibandingkan dengan Harga Chi Kuadrat Tabel dengan dk (derajat kebebasan)
6-1=5. Berdasarkan Tabel Chi Kuadrat yang ada, dapat diketahui bahwa bila dk =
5 dan kesalahan yang ditetapkan = 1% maka harga Chi Kuadrat tabel = 15,086. Karena
harga Chi Kuadrat Hitung (56,62) jauh lebih besar dari harga Chi Kuadrat Tabel
(15,086), maka distribusi data skor statistik 100 mahasiswa kimia angkatan 2010
dalam tes membaca cepat tersebut belum dinyatakan berdistribusi normal.
Langganan:
Postingan (Atom)