Kamis, 09 Desember 2010

Judul Makalah: Bahaya Plastik sebagai Pembungkus Makanan


I.     Pendahuluan
1.1         Latar Belakang
Hampir semua makanan yang dijual di masyarakat menggunakan pembungkus berbahan plastik. Kemasan yang terbuat dari plastik itu dipakai karena ringan, tidak mudah pecah, harganya murah, dan untuk mendapatkannya sangat mudah. Tetapi di balik segi positifnya tersebut, ternyata plastik memiliki potensi buruk bagi kesehatan masyarakat. Sayangnya, masih banyak masyarakat yang kurang menyadari bahaya yang ditimbulkan penggunaan plastik sebagai pembungkus makanan. Misalnya, para pedagang makanan di Medan tidak peduli mengenai peringatan bahaya penggunaan kantong kresek warna hitam sebagai pembungkus makanan. Pedagang gorengan membuka usaha di Jalan Sei Sikambing Medan, mengaku tidak mengetahui bahaya plastik kresek hitam yang digunakan untuk wadah gorengannya. Ia menggunakan plastik tersebut karena harganya murah, karena menggunakan kertas-kertas bekas harganya lebih mahal. Pedagang makanan lainnya di kawasan Jalan Setiabudi Medan, mengatakan menggunakan kantong kresek sebagai pembungkus makanan karena lebih hemat dan efisien.
Selain itu, menurut para penjual makanan tersebut sejauh ini para pembeli tidak pernah mempermasalahkan penggunaan kantong kresek sebagai pembungkus makanan, padahal para pembeli tahu tentang bahayanya. Pantauan ANTARA masih melihat adanya sejumlah pedagang gorengan, dan sejumlah warung di Medan yang menggunakan kantong kresek hitam sebagai pembungkus makanan.
Di sisi lain, isu-isu yang beredar di masyarakat menimbulkan kontroversi. Pembungkus makanan yang digunakan berasal dari plastik hasil daur ulang yang tidak terjamin mutunya. Dwi Aris (2010) mensinyalir plastik kresek dibuat dengan cara yang tidak steril, karena ternyata bahan utamanya adalah plastik-plastik bekas seperti bekas bungkus minuman dan makanan yang dikumpulkan oleh para pemulung. Proses daur ulang plastik bekas tersebut melalui pemulung, pengepul, pencacah, pabrik, dan selanjutnya dipakai oleh konsumen. Pengepul bertugas memisahkan plastik sesuai jenisnya, misalnya botol plastik digabung dengan botol plastik, bekas bungkus mi instan dengan bekas bungkus mi instan. Setelah dipisahkan, plastik dijual ke pencacah untuk dibersihkan dengan cara memasukkannya ke dalam kolam air besar yang biasanya diganti 2-3 kali seminggu. Plastik-plastik bekas ini dicuci tanpa menggunakan bahan sabun atau zat pembunuh kuman. Setelah dicuci, plastik dikeringkan dan dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil. Kemudian, plastik dijual ke pabrik untuk diolah kembali dan mencampurkannya dengan bahan baku lainnya untuk dibuat menjadi kresek pembungkus makanan. Proses pembuatan kresek yang tidak higienis inilah yang menyebabkan kresek ini sangat berbahaya untuk kesehatan. Dalam prakteknya, pedagang makanan seperti penjual gorengan langsung memasukkan makanan panas ke dalam plastik kresek. Padahal jika ditelusuri, plastik kresek ini sebelumnya merupakan plastik pembungkus oli, onderdil kendaraan bahkan pembungkus benda-benda kotor lainnya (Dwi Aris, 2010). Zat-zat berbahaya inilah yang terus menempel di plastik.
Penggunaan plastik sebagai pembungkus makanan menyimpan bahaya yang mengancam kesehatan. Selain sulit terurai, jika plastik digunakan untuk menyimpan makanan yang masih panas, maka akan terjadi reaksi kimia antara plastik dengan makanan tersebut. Hal ini berkaitan dengan hubungan antara suhu dan laju reaksi, yaitu semakin tinggi suhu sistem maka laju reaksinya akan berjalan lebih cepat. Sacramento Tarigan selaku Kepala Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Medan, menghimbau agar masyarakat tidak menggunakan kantung plastik kresek berwarna untuk membungkus makanan siap santap. Peringatan tersebut terkait dengan bahaya plastik kresek, khususnya plastik berwarna hitam yang biasanya digunakan sebagai wadah gorengan yang panas. Jenis kemasan makanan yang diteliti oleh BPOM pusat yakni kantong plastik kresek, styrofoam, plastik polivinil klorida (PVC), plastik polietilen (PE) dan polipropilen (PP) dinyatakan bahaya untuk membungkus makanan siap santap.
Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa plastik tidak boleh digunakan sebagai penyimpan makanan. Oleh karena itu, penulis mengangkat judul “Bahaya Plastik sebagai Pembungkus Makanan” karena masih banyak masyarakat belum menyadari bahwa plastik memiliki bahan-bahan berbahaya yang tidak baik untuk kesehatan manusia.

2.1         Rumusan Masalah
(1) Bahan apa saja yang terkandung dalam plastik?
(2) Bagaimana bahaya plastik bagi kesehatan jika digunakan sebagai pembungkus makanan?

3.1       Tujuan
(1)     Untuk mengetahui bahan yang terkandung dalam plastik.
(2)     Untuk mengetahui bahaya plastik bagi kesehatan jika digunakan sebagai pembungkus makanan.

II.  Pembahasan
2.1    Bahan yang Terkandung dalam Plastik
Plastik merupakan bahan yang sangat murah dan mudah didapat karena pada umumnya pembuatannya dari bahan sintetik yaitu polistirena dan atau PVC (polivinil klorida). Pada pembuatan plastik tertentu agar tahan panas, ditambahkan senyawa penta kloro difenil atau PCB sebagai satic agent. Jika plastik tersebut semakin tahan panas, maka kandungan PCB makin banyak serta kualitasnya semakin bagus. Dalam plastik tersebut terdapat zat-zat adiktif, salah satunya ialah Bisphenol A (BPA). Dari berbagai penelitian, telah terbukti bahwa dalam plastik terdapat kandungan Bisphenol A (BPA) sedikitnya 95%. Bisphenol A (BPA) adalah bahan kimia industri yang sudah hadir dalam botol plastik keras yang dikenal sebagai polikarbonat dan makanan berbasis logam dan kaleng minuman sejak 1960-an, yang telah digunakan dalam berbagai produk konsumen, termasuk botol air yang dapat digunakan kembali seperti botol bayi. BPA juga ditemukan di epoxy resin, yang bertindak sebagai lapisan pelindung pada bagian dalam makanan berbasis logam dan kaleng minuman.
Berdasarkan bahan penyusunnya, plastik diklasifikasikan dan diberi kode yang biasanya tertulis di bagian bawah kemasan. Kode ini berupa angka 1-7 yang ada di dalam segitiga, dan di bawah segitiga ini ada kode berupa huruf seperti berikut:
a.       PETE atau PET (polyethylene terephthalate). Kode angka satu berarti plastik terbuat dari polyethylene terephthalate. Biasanya berwarna bening atau transparan dan banyak digunakan antara lain untuk botol air mineral atau botol air minum dalam kemasan seperti soda, jus, atau isotonik.
b.      HDPE (high density polyethylene). Plastik dengan kode jenis dua ini memiliki sifat semi fleksibel, keras, tahan larutan kimia, lembab, dan memiliki permukaaan licin tetapi buram.
c.       PVC (polyvinyl chloride) adalah plastik dengan kode angka tiga yang paling sulit didaur ulang. Plastik ini terbuat dari vinil klorida. Plastik jenis ini biasa digunakan untuk selang atau pipa air, bisa juga ditemukan pada plastic pembungkus (cling wrap). Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus.
d.      LDPE (low density polyethylene) merupakan plastik dengan kode jenis empat yang biasa dipakai untuk tempat makanan dan botol-botol yang lembek.
e.       PP (polypropylene) adalah jenis plastik dengan kode angka lima yang tersusun dari propilen-propilen.
f.       PS (polystyrene) merupakan plastik dengan kode angka enam yang terbuat dari zat kimia bernama styrene. Biasa dipakai sebagai tempat bahan makan styrofoam.
g.      Other (biasanya jenis acrylic, nylon, fiberglass, polycarbonate)
         Mayoritas plastik seperti PVC, agar tidak bersifat kaku dan rapuh maka ditambahkan dengan suatu bahan pelembut (plasticizers). Bahan pelembut ini mayoritas terdiri atas kumpulan ftalat (ester turunan dari asam ftalat). Beberapa contoh pelembut adalah epoxidized soybean oil (ESBO), di(2-ethylhexyl)adipate (DEHA), dan bifenil poliklorin (PCB) yang digunakan dalam industri pengepakan dan pemrosesan makanan, acetyl tributyl citrate (ATBC) dan di(2-ethylhexyl) phthalate (DEHP) yang digunakan dalam industri pengepakan film (Sheftel, 2000).    

2.2    Bahaya Plastik sebagai Pembungkus Makanan bagi Kesehatan.
Menurut kajian dari National Institute of Health (NIH), plastik yang mengandung bisphenol-A sebagai bahan utamanya dapat mempengaruhi perkembangan otak pada janin dan bayi yang baru lahir. Bahan ini mampu merangsang pertumbuhan sel kanker atau memperbesar resiko keguguran kandungan.
Dalam plastik, agar tidak bersifat kaku dan rapuh ditambahkan suatu bahan pelembut seperti yang telah dipaparkan di atas. Namun, penggunaan bahan pelembut ini yang justru dapat menimbulkan masalah kesehatan. Sebagai contoh, penggunaan bahan pelembut seperti PCB sekarang sudah dilarang pemakaiannya karena dapat menimbulkan kematian jaringan dan kanker pada manusia (karsinogenik). Di Jepang, keracunan PCB menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai yusho. Tanda dan gejala dari keracunan ini berupa pigmentasi pada kulit dan benjolan-benjolan, gangguan pada perut, serta tangan dan kaki lemas. Sedangkan pada wanita hamil, mengakibatkan kematian bayi dalam kandungan serta bayi lahir cacat.
Contoh lain dari bahan pelembut yang dapat menimbulkan masalah adalah DEHA. Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat, plastik PVC yang menggunakan bahan pelembut DEHA dapat mengkontaminasi makanan dengan mengeluarkan bahan pelembut ini ke dalam makanan. Data di Amerika Serikat pada tahun 1998 menunjukkan bahwa DEHA dengan konsentrasi tinggi (300 kali lebih tinggi dari batas maksimal DEHA yang ditetapkan oleh FDA/ badan pengawas obat makanan AS) terdapat pada keju yang dibungkus dengan plastik PVC (vhievhie, 2009). DEHA mempunyai aktivitas mirip dengan hormon estrogen (hormon kewanitaan pada manusia). Berdasarkan hasil uji pada hewan, DEHA dapat merusakkan sistem peranakan dan menghasilkan janin yang cacat, serta mengakibatkan kanker hati (vhievhie, 2009). Meskipun dampak DEHA pada manusia belum diketahui secara pasti, hasil penelitian yang dilakukan pada hewan sudah sepantasnya membuat masyarakat  berhati-hati. Berkaitan dengan adanya kontaminasi DEHA pada makanan, Badan Pengawas Obat dan Makanan Eropa telah membatasi ambang batas DEHA yang masih aman bila terkonsumsi, yaitu 18 bpj (bagian per sejuta). Lebih dari itu dianggap berbahaya untuk dikonsumsi. Untuk menghindari bahaya yang mungkin terjadi jika setiap hari terkontaminasi oleh DEHA, maka sebaiknya dicari alternatif pembungkus makanan lain yang tidak mengandung bahan pelembut, seperti plastik yang terbuat dari polietilena atau bahan alami, misalnya daun pisang dan daun jati (Akhmadi, 2009).
Bahaya lain yang dapat mengancam kesehatan adalah pembakaran bahan yang terbuat dari plastik. Seperti diketahui, plastik memiliki tekstur yang kuat dan tidak mudah terdegradasi oleh mikroorganisme tanah. Oleh karena itu, seringkali plastik dibakar untuk menghindari pencemaran terhadap tanah dan air di lingkungan (dari sektor pertanian saja, plastik di dunia setiap tahun mencapai 100 juta ton. Jika sampah plastik ini dibentangkan, maka dapat membungkus bumi sampai sepuluh kali lipat). Namun, pembakaran plastik ini justru dapat mendatangkan masalah tersendiri. Plastik yang dibakar akan mengeluarkan asap toksik yang apabila dihirup dapat menyebabkan sperma menjadi tidak subur dan terjadi gangguan kesuburan. Pembakaran PVC akan mengeluarkan DEHA yang dapat mengganggu keseimbangan hormon estrogen manusia. Selain itu, juga dapat mengakibatkan kerusakan kromosom dan menyebabkan bayi-bayi lahir dalam kondisi cacat.
Pekerja-pekerja wanita dalam industri getah, plastik dan tekstil seringkali mengalami kejadian bayi mati dalam kandungan dan ukuran bayi yang kecil. Kajian terhadap 2,096 orang ibu dan 3,170 orang bapak di Malaysia pada tahun 2002 menunjukkan bahwa 80% wanita menghadapi bahaya kematian anak dalam kandungan jika bekerja di industri getah dan plastik dan 90% wanita yang suaminya bekerja di industri pewarna tekstil, plastik dan formaldehida.
Selain itu, yang perlu diwaspadai dari penggunaan plastik dalam industri makanan adalah kontaminasi zat warna plastik dalam makanan. Contohnya adalah penggunaan kantong plastik hitam (kresek) untuk membungkus makanan seperti gorengan dan lain-lain. Menurut Made Arcana, ahli kimia dari Institut Teknologi Bandung yang dikutip Gatra edisi Juli 2003, zat pewarna hitam ini kalau terkena panas (misalnya berasal dari gorengan), bisa terurai, terdegradasi menjadi bentuk radikal. Zat racun itu bisa bereaksi dengan cepat, seperti oksigen dan makanan. Kalaupun tidak beracun, senyawa tadi bisa berubah jadi racun bila terkena panas. Bentuk radikal ini karena memiliki satu elektron tidak berpasangan menjadi sangat reaktif dan tidak stabil sehingga dapat berbahaya bagi kesehatan terutama dapat menyebabkan sel tubuh berkembang tidak terkontrol seperti pada penyakit kanker. Namun, belum dapat dipastikan munculnya kanker ini disebabkan kantong plastik yang beracun atau karena faktor dari makanan itu sendiri. Hal ini perlu dibuktikan, karena banyak faktor yang menentukan terjadinya kanker, misalnya kekerapan orang mengonsumsi makanan yang tercemar, sistem kekebalan, faktor genetik, kualitas plastik, dan makanan. Apabila terakumulasi, bisa menimbulkan kanker.
Styrofoam yang sering digunakan orang untuk membungkus makanan atau untuk kebutuhan lain juga dapat menimbulkan masalah. Menurut Prof. Dr. Hj. Aisjah Girindra, ahli biokimia Departemen Biokimia FMIPA-IPB, hasil survei di AS pada tahun 1986 menunjukkan bahwa 100% jaringan lemak orang Amerika mengandung styrene yang berasal dari styrofoam (Iqmal Tahir, 2009). Penelitian dua tahun kemudian menyebutkan kandungan styrene sudah mencapai ambang batas yang bisa memunculkan gejala gangguan saraf. Penelitian di New Jersey lebih mengkhawatirkan lagi ditemukan 75% ASI (air susu ibu) terkontaminasi styrene. Hal ini terjadi akibat si ibu menggunakan wadah styrofoam saat mengonsumsi makanan. Penelitian yang sama juga menyebutkan bahwa styrene bisa bermigrasi ke janin melalui plasenta pada ibu-ibu yang sedang mengandung. Dalam jangka panjang, tentu akan menyebabkan penumpukan styrene dalam tubuh. Akibatnya bisa muncul gejala saraf, seperti kelelahan, gelisah, sulit tidur, dan anemia.
Selain menyebabkan kanker, sistem reproduksi seseorang bisa terganggu. Berdasarkan hasil penelitian, styrofoam bisa menyebabkan kemandulan atau menurunkan kesuburan. Anak yang terbiasa mengonsumsi makanan yang dibungkus styrene juga bisa kehilangan kreativitas dan pasif. Mainan anak yang terbuat dari plastik yang diberi zat tambahan ftalat agar mainan menjadi lentur juga dapat menimbulkan masalah. Hasil penelitian ilmiah yang dilakukan para pakar kesehatan di Uni Eropa menyebutkan bahwa bahan kimia ftalat banyak menyebabkan infeksi hati dan ginjal. Oleh karena itu, Komisi Eropa melarang penggunaan ftalat untuk bahan pembuatan mainan anak.

III.   Penutup
3.1    Simpulan
(1)   Bahan yang terkandung dalam plastik adalah Bisphenol A dan bahan pelembut (plasticizers).
(2)   Bahaya plastik bagi kesehatan jika digunakan sebagai pembungkus makanan ialah dapat mempengaruhi perkembangan otak pada janin dan bayi yang baru lahir, merangsang pertumbuhan sel kanker, memperbesar resiko keguguran kandungan, menimbulkan penyakit yusho, menyebabkan sperma menjadi tidak subur, dan mengganggu keseimbangan hormon estrogen manusia.

3.2    Saran
(1)   Bagi pedagang, diharapkan tidak menggunakan plastik sebagai pembungkus makanan secara langsung. Sebaiknya makanan dibungkus dengan bahan-bahan yang tidak membahayakan kesehatan tubuh terlebih dahulu, misalnya daun pisang. Setelah itu, baru bisa dimasukkan dalam kantong plastik (kresek).
(2)   Bagi masyarakat, diharapkan berhati-hati dalam penggunaan plastik dengan cara memilahnya berdasarkan kode-kode yang biasa terdapat di bagian bawah kemasan dan mengenali artinya.
(3)   Bagi pemerintah, diharapkan mengeluarkan peraturan perundang-undangan tentang standar nasional pembuatan barang berbahan plastik agar tidak membahayakan kesehatan masyarakat Indonesia.

Daftar pustaka
vhievhie. 27 Agustus 2009. Bahayanya plastik pembungkus makanan(Online), (www.beritaterkinionline.com, diakses 31 oktober 2010).
Tahir, Iqmal. 7 November 2009. Bahaya Styrofoam Pembungkus Makanan(Online), (citizennews.suaramerdeka.com, diakses 31 oktober 2010).
Aris, Dwi. 2010. Awas! Bahaya Plastik Daur Ulang (Online), (dwiaris.web.id, diakses 31 oktober 2010).
-. 30 Juni 2010. Bahaya dibalik Kemasan Plastik Makanan(Online), (www.2lisan.com, diakses 31 oktober 2010).
-. 2009. Bahaya Penggunaan Kantong “Kresek” Warna Hitam sebagai Pembungkus Makanan(Online), (hariansib.com, diakses 31 oktober 2010).
Akhmadi . 16 Juni 2009. Mengurangi Bahaya Plastik(Online), (www.rajawana.com, diakses 31 oktober 2010).

2 komentar:

  1. KAPAL ASIA (KAPAL JUDI)

    HOT PROMO :

    - Bonus Cashback Mingguan Hingga 15%
    - Bonus Refrensi 2,5% Seumur Hidup
    - Bonus Rollingan Casino 0.8%
    - Bonus Rollingan Mingguan Sportbook Refferal 0,1%

    Discount 4D : 66.00% , 3D : 59.5.00% , 2D : 29.5.00%
    Kombinasi = 5%
    Shio = 12%
    Colok Angka (1A) = 5%
    Colok Macau (2A) = 15%
    Colok Naga (3A) = 15%
    Colok Jitu = 8%

    jika ada kendala silahkan hubungi ke live chat kami ya bosku ^^
    kami siap membantu bosku 24jam :)
    di tunggu kedatangan nya kembali bosku ^^

    WA: +855 1537 8728 KAPALJUDI
    Fanspage : Kapal Judi Faigk
    IG : kapaljudi88
    Www Kapaljudi88 Net

    BalasHapus
  2. Mari kita Makan di rumah makan ini yang enak

    BalasHapus